Siapa yang tak mengetahui Gus Dur? Seseorang nyentrik ini adalah tokoh yang humanis, jenaka, pluralis, seorang politikus dan sekaligus seorang Kiai besar Nahdlatul Ulama.
Gus Dur adalah eks orang nomor satu di Indonesia ini semasa hidupnya adalah seorang yang sangat dekat dengan segala manusia tanpa tedeng aling-aling. Tak jarang langkah-langkahnya nyeleneh malah gerak-geriknya kerap dianggap gila. Pun kerapkali dia dituduh sebagai sosok yang kontroversial.
Perlindungannya kepada golongan Ahmadiyah, keseringannya menjaga Gereja, keberaniannya melindungi etnis Tionghoa hingga pembelaannya kepada Arswendo adalah muara dari apa yang disangkakan itu. Tapi belakangan, pendapat itu terbantahkan perlahan demi perlahan. Kebenaran-kebenaran dari dirinya kian terang-benderang. Masyarakat Indonesia perlahan mulai memahami bahwa apa yang pernah dilakukan mendiang Gus Dur adalah benar adanya.
Ini kemudian banyak pengagum Gus Dur bermunculan. Petuah-petuah dan pesan-pesannya sontak menjadi viral dalam berjenis-jenis karya hingga artikel-artikel. Sampai kini orang-orang mulai menelaah dan kembali menelaah pemikiran-pemikiran Gus Dur baik yang dulu pembencinya ataupun generasi milenilal yang hidup hari ini walaupun tak sezaman dengannya. Kondisi bangsa Indonesia hari ini yang kian runyam membuat dirinya dirindukan oleh banyak orang.
Gus Dur adalah sebuah primadona. Ia mempunyai energi pikat yang sangat kuat melampaui energi pikat seorang wanita. Seandainya primadona disematkan untuk wanita maka primadonanya Gus Dur ada pada kecintaannya kepada segala manusia tanpa memandang apa agama dan sukunya. Seluruh wujud tindak tanduk pemikiran dan laku gerakan Gus Dur dilihat dengan kacamata kemanusiaan.
Joke dan humor yang kerap terlontar dari lisannya adalah sinergitas dari kepribadiannya yang unik sekaligus langka. Gus Dur sedari permulaan telah memahami bahwa kemanusiaan adalah sebuah nilai yang semestinya diperjuangkan dan persyaratan yang semestinya dimiliki bangsa Indonesia untuk menegakkan keadilan, menghapus diskriminasi dan menjadikan penentraman.
Olehnya itu, Gus Dur membela kemanusiaan dengan caranya yang nyetrik penuh humor tapi sekaligus menjadi kritik. Kelincahan Gus Dur mengemas kritik dengan humor adalah salah satu elemen dari sekian banyak elemen yang menjadikannya seorang tokoh yang piawai mengkritik sekaligus merangkul. Inilah keprimadonaan seorang Gus Dur.
Yang paling cerdik berdasarkan penulis bahwa Gus Dur tak pernah peduli hinaan orang lain dan ogah pusing dari dampratan yang datang menghujam dirinya, malah dia tak sudi membalas kesemua itu dengan perlakuan yang sama atau melebihi. Seandainya ada, paling dia hanya berkata gitu aja kok repot. Dan dalam tempo yang singkat keadaan sulit itu juga selesai.
Kegigihan dan konsistensinya pada kemanusiaan dengan gayanya yang khas itulah yang membuatnya menjadi primadona dan selalu dicintai dan dirindukan oleh segala orang.
Gus Dur pergi meninggalkan warisan. Warisan ini salah satunya yang nantinya akan merawat dan melestarikan apa yang telah dirintis oleh Gus Dur. Yaitu GUSDURian nama warisan itu. GUSDURian adalah representasi Gus Dur.
Sejarah Gusdurian ini dikomandoi oleh Alissa Wahid putri sulung Gus Dur sebagai pendiri gusdurian yang mengumpulkan murid dan para pengagum Gus Dur dengan visi meneruskan pemikiran dan melanjutkan pengorbanan yang telah dilakukan Gus Dur. Info-informasi peradamaian, keadilan, kesetaraan, toleransi keagamaan, antidiskriminasi, kemanusiaan dan cinta beri yang kerap digelorakan menjadikannya sebagai energi tarik sehingga komunitas ini diminati banyak orang tak hanya dari kalangan NU tapi juga dari komunitas lintas agama.
Sosial ini sekaligus menjadi rule of teladan yang menginspirasi tak sedikit komunitas dan organisasi dalam mengkampanyekan penentraman, keadilan dan informasi-informasi kemanusiaan lainnya.
Pun tak jarang komunitas ini turut mengambil bagian paling depan malah memprakarsai aksi pengawalan informasi-informasi penentraman dalam negeri ataupun dunia, turut membantu korban petaka alam, memberi pendampingan kepada petani miskin dan pemilik tanah yang digusur haknya.
Sehingga komunitas ini menjadi primadona masyarakat Indonesia sebagaimana primadonanya Gus Dur. Meskipun tak sedikit pula pihak yang kontra kepada prinsip dan gerakan yang selama ini dicapai buah hati-buah hati GUSDURian, tapi, demikian tak menyurutkan sedikitpun langkah buah hati-buah hati GUSDURian bergerak melanjutkan cita-cita Gus Dur. Karena, GUSDURian yakin bahwa Gus Dur selalu ada dibelakang pengorbanan-pengorbanan dalam merawat dan melaksanakan komunitas seperti yang pernah disuarakan Mas Jay Akhmad Seknas Jaringan GUSDURian.
Ada banyak hal yang membuat GUSDURian menjadi primadona, setidaknya berdasarkan penulis ada dua hal. Pertama; komunitas ini mempunyai kredibiltas tinggi. Dalam pengertian, GUSDURian tetap bergerak dalam melaksanakan prinsip yang dianutnya. Tak sedikitpun komunitas ini goyah dan keluar dari jalur gerakannya adalah 9 nilai utama Gus Dur.
GUSDURian tetap teguh prinsip dan tak gampang lunak kepada jualan komoditi apapun tak terkecuali politik. Karena, komunitas biasanya sirna kredibilitas secara tiba-tiba karena keterlibatannya secara aktif pada ranah politik praktis. Sosial ini bukan komunitas yang bertujuan memobilisasi suara atau massa politik dan berorientasi politik praktis.
Anggota Gusdurian tetap menaruh perhatian besar kepada wacana politik tapi politik yang ditelaah buah hati-buah hati GUSDURian adalah politik kemanusiaan. Politik yang dialamatkan adalah politik yang menolak penggiringan narasi kebencian, diskriminasi dan permusuhan ke dalam ranah politik praktis. Olehnya itu kredibilitas komunitas ini masih terjaga dan tetap berada pada tingkatan tertinggi.
Yang kedua; komunitas ini berselera humor yang tinggi. Dalam berjenis-jenis forum pembicaraan ataupun pertemuan-pertemuan nasional, pertemuan berlangsung sangat cair, kelewat santai dan jarang tegang-tegangan.
Karena, sekiranya forum sedang berlangsung maka pasti ada-ada saja gelak tawa disebabkan joke-joke dan humor-humor dari penggerak atau sepuh komunitas. Pun polemik-polemik serius kerapkali timbul sesama sepuh komunitas tapi keseriusan debat itu hanya ada dalam alam pandangan baru tapi realitasnya tetap berlangsung jenaka.
Karena komunitas malah organisasi yang mempunyai selera humor tingkat tinggi. Barangkali komunitas ini memang didesain humoris karena elemen Gus Dur yang memang jenaka.
Karena, GUSDURian ada karena Gus Dur sehingga menjadi GUSDURian adalah panggilan sejarah, pungkas Alissa Wahid pada Rakornas Jaringan GUSDURian November 2019 lalu di Yogyakarta.
GUSDURian tetap teguh prinsip dan tak gampang lunak kepada jualan komoditi apapun tak terkecuali politik. Karena, komunitas biasanya sirna kredibilitas secara tiba-tiba karena keterlibatannya secara aktif pada ranah politik praktis. Sosial ini bukan komunitas yang bertujuan memobilisasi suara atau massa politik dan berorientasi politik praktis.
GUSDURian tetap menaruh perhatian besar kepada wacana politik tapi politik yang ditelaah buah hati-buah hati GUSDURian adalah politik kemanusiaan. Politik yang dialamatkan adalah politik yang menolak penggiringan narasi kebencian, diskriminasi dan permusuhan ke dalam ranah politik praktis. Olehnya itu kredibilitas komunitas ini masih terjaga dan tetap berada pada tingkatan tertinggi.
Yang kedua; komunitas ini berselera humor yang tinggi. Dalam berjenis-jenis forum pembicaraan ataupun pertemuan-pertemuan nasional, pertemuan berlangsung sangat cair, kelewat santai dan jarang tegang-tegangan.
Karena, sekiranya forum sedang berlangsung maka pasti ada-ada saja gelak tawa disebabkan joke-joke dan humor-humor dari penggerak atau sepuh komunitas. Pun polemik-polemik serius kerapkali timbul sesama sepuh komunitas tapi keseriusan debat itu hanya ada dalam alam pandangan baru tapi realitasnya tetap berlangsung jenaka.
Karena komunitas malah organisasi yang mempunyai selera humor tingkat tinggi. Barangkali komunitas ini memang didesain humoris karena elemen Gus Dur yang memang jenaka.
Karena, GUSDURian ada karena Gus Dur sehingga menjadi GUSDURian adalah panggilan sejarah, pungkas Alissa Wahid pada Rakornas Jaringan GUSDURian November 2019 lalu di Yogyakarta.